Monday, December 27, 2010

Perkawinan (juga) satu jalan menuju kekudusan

Saya tidak akan pernah lelah mengatakan bahwa perkawinan pernikahan adalah suatu jalan kekudusan yang agung dan mengagumkan. Seperti semua hal-hal ilahi yang ada dalam diri kita, pernikahan membutuhkan tanggapan kedua insan untuk saling menghormati, bermurah hati, saling mengabdi dan melayani. (Conversations, 93)

Pasangan kristiani seharusnya sadar bahwa mereka dipanggil selain untuk menguduskan diri mereka tapi juga untuk menguduskan orang lain, bahwa mereka dipanggil untuk merasul dan bahwa ladang kerasulan mereka yang pertama adalah keluarga. Mereka mesti memahami bahwa membangun rumah tangga, mendidik anak-anak dan menunjukkan kesaksian hidup kristiani dia tengah masyarakat, semuanya adalah tanggung jawab adikodrati. Keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka –kebahagiaan- tergantung pada sejauh mana mereka sadar akan panggilan mereka masing-masing.
Tapi mereka tidak boleh lupa bahwa misteri kebahagiaan perkawinan terletak pada hal-hal dalam hidup sehari-hari, bukannya pada mimpi dan angan-angan. Misteri kebahagian perkawinan ini hadir pada cara-cara di mana pasangan tersebut menemukan sukacita saat pasangannya pulang ke rumah di petang hari, dalam hubungan penuh kasih mereka dengan anak-anaknya, dalam kegiatan sehari-hari di mana seluruh anggota keluarga terlibat, dalam sukacita saat menghadapi kesulitan yang harus dilewati bersama dengan penuh semangat, dalam memanfaatkan segala kemudahan yang ada untuk membesarkan anak-anak, sehingga rumah tangga menjadi menyenangkan dan hidup menjadi lebih mudah.

Tak henti-hentinya saya mengatakan pada mereka yang terpanggil oleh Allah untuk membina panggilan hidup berkeluarga agar mereka selalu saling mengasihi, mencintai satu sama lain dengan kasih yang sama seperti saat mereka bertemu. Siapapun yang berpikir bahwa kasih terhenti saat timbul kecemasan dan kesulitan akibat kehidupan dalam perkawinan, maka pandangan mereka sungguh buruk terhadap perkawinan; yang padahal adalah sebuah sakramen dan juga impian serta panggilan.

Justru dengan itulah maka kasih tumbuh berkembang. Berbagai kecemasan dan kesulitan tidak akan sanggup menenggelamkan cinta sejati karena mereka yang mengurbankan dirinya bersama-sama dengan sepenuh hati akan dibawa mendekat pada pengurbanan mereka. Seperti tertulis di Kitab Suci, aquae multae, sejumlah kesulitan, baik yang bersifat fisik ataupun moral, non potuerunt extinguere caritatem, takkan dapat memadamkan Cinta. (Cant 8:7). (Conversations, 91) -In nomine Iesu-


No comments:

Post a Comment